Rabu, 24 Juni 2009

Hargai Karya Anak Negeri !!

Tulisan ini terinspirasi dari tulisan seorang teman bernama Pandji Pragiwaksono dan teman - teman di manajemen Netral.

Pengalaman mungkin berbeda namun intinya sama.

Sejak kuliah gue memutuskan untuk "lebih" menghargai musik Indonesia dengan membeli kaset dan CD yang orisinil. Kenapa ? Karena gue nggak mau musik kita mati. Gue nggak mau musisi Indonesia nggak bisa makan dan hidup karena mereka tidak bisa menggantungkan kehidupannya sebagai seorang seniman.

Gue bekerja di I-Radio dari tahun 2003, bermula dari seorang penyiar dan sekarang menjadi Program Director. Setiap bulan pasti saja ada permintaan dari beberapa teman untuk men-copy lagu Indonesia yang sedang hits, dan setiap bulan pasti gue selalu menolak secara halus permintaan mereka.

Terkadang ada yang mengerti, namun nggak sedikit yang menganggap gue sok atau pelit. That's okay.. bahkan istri sendiri gue suruh beli CD Indonesia yang asli, karena gue bilang kalau ketahuan CD bajakannya bakalan gue rendam bareng cucian. :p

Menurut gue, nggak usah lahh berteori macam - macam untuk membeli CD Indonesia Asli. Ini cuman masalah kebiasaan dan mental, apakah kita bisa menghargai karya anak bangsa atau nggak ?

"Kalau bisa gratis kenapa harus beli ??"

"Tohh para musisi itu juga sudah kaya !!"

"Mereka juga banyak yang plagiat !!"

"Pemerintah juga harus ikut campur tangan dong !!"

"Bikin packaging yang kreatif dong, biar beda sama bajakan !!"


Cuman elo..!! Ya.. Elo yang memutuskan !!

Mau bergabung bersama gue dan teman - teman pencinta musik Indonesia ?

Atau..

Bergabung dengan orang - orang yang menyukai musik Indonesia tapi tanpa sadar membunuh musik Indonesia ?


"Mencintai Indonesia lewat Musik"
- Bisma Nugraha -


Selasa, 23 Juni 2009

Karel's Birthday


Hari sabtu lalu (20 Juni 2009), Karel genap 1 tahun.

Nggak kerasa ..

Selama itu juga tingkahnya mewarnai keceriaan keluarga kecil kami.

Little Warrior.. begitu kami menyebutnya.

Suara dan tenaganya.. Ya ampuuunnnn !!!

Biarlah kamu tetap menjadi kebanggaan keluarga..

Dan menjadi anak yang takut akan namaNya..

Serta nantinya berguna bagi bangsa dan negara..

- with love Papa & Mama -


Kamis, 18 Juni 2009

:(

nofatclips.com


Setelah kamu menceritakan kisahmu,

Yang ada di otak kami..

Kenapa ??????

Yaaa..

Kenapa ??????

Kami menangis ..

Kami tercekat ..

Kami memohon ..

Please ..

Don't do that 'man ..

We're begging you ..

Life would be beautiful if you give it a chance ..

We're doing this..

Because we love you ..

We love your family ..

And we're Pro - Life.

Senin, 15 Juni 2009

Giving for no reason !!

Sebuah tulisan yang sangat inspiratif, saya ambil dari Kompas yang terbit akhir bulan Mei lalu (saya lupa kapan.. soalnya artikelnya sudah keburu digunting dan disimpan oleh mertua).

Selamat menikmati..


Memberi Tanpa Pertimbangan
oleh Herry Tjahjono


Krisis terus melenggang, kesusahan dan penderitaan mendera, situasi politik berwajah bopeng. Kehidupan di seputar kita kian tak nyaman dan tak pasti.

Dalam kondisi seperti ini, biasanya ada beberapa respons manusiawi yang akan menentukan eksistensi orang itu di masa depan. Ada yang terperangkap aneka kondisi itu. Ini adalah mereka yang cenderung terfokus pada kondisi kehidupan saat listrik (kehidupan) padam.

Namun, ada yang terfokus pada setitik sinar. Tipe kedua inilah yang biasanya menangkap apa yang pernah diungkap Rhenald Kasali (“Sepuluh Kearifan Krisis, Kompas, 4/4).

Dua Tipe Manusia

Maka, ada dua tipe manusia. Pertama, mereka yang merespons kehidupannya ditentukan oleh kondisi sekitarnya (conditional people). Jika kondisi serba krisis, penuh tekanan, mereka kehilangan spirit, demotivasi, loyo, pasrah, apatis, dan cenderung meringkuk, atau paling tidak sekedar mengamankan diri. Mereka biasanya medioker atau sering menjadi pecundang (the loser) dalam kehidupan.

Bagi mereka, sukses dan kebahagiaan adalah penantian, tergantung dari kondisi yang berpihak. Bagi mereka, sukses dan kebahagiaan adalah cap-cap yang dilekatkan kondisi sekitar. Jika lingkungan menentukan, sukses identik uang dan kekayaan, maka mereka tak pernah merasa sukses seberapa pun uang dan kekayaan di kantongnya. Jika sukses diidentikkan dengan jabatan direktur, mereka belum merasa sukses dan bahagia sebagai senior manager atau general manager meski jutaan orang mencari pekerjaan atau bawahannya sekedar hidup dengan upah minimum.

Kedua, mereka yang memandang hidup adalah pilihan, keputusan tak peduli kondisi sekitar (unconditional people). Maka, segelap apa pun kondisi sekitar, merekalah yang menentukan, memilih, untuk tetap bersukacita, bersemangat, termotivasi, optimistis menyapa kehidupan. Manusia semacam ini disebut manusia besar (great people), the winner. Orang yang tetap bisa bersukacita dan memilih untuk bersemangat meski krisis mengancam jabatan dan pekerjaan adalah orang yang telah memenangi hidup.

Seorang office boy yang tetap bersemangat menyapu sebersih mungkin meski terancam PHK adalah seorang great employee. Sebaliknya, seorang CEO yang dituntut berkinerja kian tinggi oleh owner akibat krisis, lalu mulai stress, gampang marah, dan melempar bola panas permasalahan ke mana-mana, dia tak lebih dari karyawan medioker.

Kondisi dan situasi politik yang memprihatinkan plus ekses krisis yang kian menekan kehidupan juga menentukan profil rakyat terkait pesta demokrasi. Ada rakyat yang tetap bersemangat dan melakukan hak pilih meski hatinya mengeluh pada kinerja para pemimpin. Bahkan, ada yang tetap penuh semangat ikut memilih dalam pemilu presiden mendatang meski jadi korban daftar pemilih tetap (DPT) yang amburadul.

Mereka ini adalah para great citizen. Sedangkan para “golput” (di luar korban DPT amburadul) yang tidak memilih karena kecewa dan apatis akibat kondisi “sosekpol” kacau tak lebih dari para warga medioker.

Bangsa ini memerlukan sebanyak mungkin unconditional citizen-employee-leader dan seterusnya. Syarat sebuah bangsa besar (great nation) adalah bangsa yang dipenuhi manusia yang memilih tetap berwajah riang, bersemangat, tak peduli krisis global menghantam atau situasi politik membikin lelah jiwa.

Lebih jauh, hanya unconditional people inilah yang berpotensi melahirkan berbagai karya besar, karya agung dalam hidupnya, tak peduli sekecil dan serendah apa pun pekerjaan, jabatan, dan statusnya. Jika mengadaptasi salah satu elemen penting Daffodil Principle, hanya para unconditional people inilah yang paling mampu menjalankan. Mereka adalah manusia pemilih, penentu, untuk bersemangat dan bahagia memenuhi semua tugas hidup tanpa syarat, seburuk apa pun kondisi di sekitarnya.

Prinsip itu pula – meski listrik kehidupan padam dan penuh kegelapan – yang membuat mereka tetap bersemangat mengukir karya-karya terbesarnya tanpa pertimbangan lain kecuali hanya untuk mengukir. Memberi tanpa pertimbangan bukan perkara sederhana. Betapa sering ktia maju mundur untuk sekedar memberikan uang receh kepada pengemis di pinggir jalan. Berjuta pertimbangan menyergap, “Ah, paling-paling itu anak sewaan. Masih muda kok sudah mengemis. Ini tidak mendidik.” Karena itu, jika akhirnya kita memberi, hati pun bersungut-sungut.

Namun, para unconditional people justru dengan sukacita memberi sebab ia memberi tanpa pertimbangan apa pun. Ia hanya ingin memberi, giving for no reason! Pada titik inilah seseorang lebih melihat nyala korek api saat gelap menyelimuti, menatap jalan hidup sedang naik saat kakinya terasa berat.

Maka, pesan moral dari prinsip “memberi tanpa pertimbangan” adalah “Menarilah seolah tak seorang pun menonton, menyanyilah seolah tak seorang pun mendengarkan. Bekerjalah seolah tak memerlukan uang, gaji, atau jabatan. Cintailah seolah tak pernah disakiti. Berbisnislah seolah tak lagi memerlukan profit. Mencontrenglah seolah bukan simpatisan atau anggota mana pun. Berpolitiklah seolah tak lagi punya kepentingan. Memimpinlah seolah tak lagi memerlukan sebuah kekuasaan.”

Ketika kita memilih itu semua, akan lahir karya-karya terbesar dan agung dalam setiap penggalan kehidupan, tak peduli serendah atau setinggi apa pun kedudukan kita saat ini, sesedikit atau sebanyak berapa pun uang kita, dan seterusnya.

Itu berarti, kita telah memenangi hidup.


Kamis, 11 Juni 2009

7 Juni 2009 @ Yogyakarta


Why Marriage ?

Because to the depths of me, I long to love one person,
With all my heart, my soul, my mind, my body...

Because I need a forever friend to trust with the intimacies of me,
Who won't hold them against me,
Who loves me when I'm unlikable,
Who sees the small child in me, and
Who looks for the divine potential of me...

Because I need to cuddle in the warmth of the night
With someone who thanks God for me,
With someone I feel blessed to hold...

Because marriage means opportunity
To grow in love in friendship...

Because marriage is a discipline
To be added to a list of achievements...

Because marriages do not fail, people fail
When they enter into marriage
Expecting another to make them whole...

Because, knowing this,
I promise myself to take full responsibility
For my spiritual, mental and physical wholeness
I create me,
I take half of the responsibility for my marriage
Together we create our marriage...

Because with this understanding
The possibilities are limitless.

- Mari Nichols Haining -

Selasa, 02 Juni 2009

Mahalnya sebuah sikap kritis


Saya cukup prihatin dengan keadaan Mba Prita Mulyasari yang ditahan di Lembaga Pemasyarakatan Wanita Tangerang karena emailnya beredar di Surat Pembaca salah satu portal berita. Ia disangka mencemarkan nama baik dari RS Omni Internasional Alam Sutra - Tangerang, untuk itu ia dijerat dengan Pasal 27 Ayat 3 UU no 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik yang isinya :

"Setiap orang dengan sengaja dan tanpa hak mendistribusikan dan/atau mentransmisikan dan/atau membuat dapat diaksesnya informasi elektronik dan/atau dokumen elektronik yang memiliki muatan penghinaan dan/atau pencemaran nama baik "

Sangatlah wajar seorang konsumen mempertanyakan produk yang dia gunakan, bahkan dalam industri jasa sekalipun, seperti yang diatur dalam UU nomor 8 tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen. Apalagi ia merasa dirugikan dengan jasa yang diberikan oleh pihak Rumah Sakit.

Kalau saya boleh beropini, sebenarnya "blunder" dilakukan oleh pihak Rumah Sakit dalam menanggapi kasus ini. Mungkin maksudnya agar masalah ini langsung diredam dan diselesaikan sekaligus, namun akhirnya menjadi bola salju dan bumerang.

Kenapa ? karena menurut saya pihak perusahaan jasa tersebut tidak sengaja (*atau sengaja) melupakan satu hal yang biasa kita kenal dengan Kepuasan Pelanggan.

Sebenarnya sesederhana ini, pelanggan akan puas kalau jasa yang diberikan sesuai atau lebih dari uang yang dia keluarkan. Ketika tidak sesuai maka akan datang ketidak puasan, dan biasanya pelanggan akan merespons hal tersebut, bisa dengan diam namun membicarakan hal ini dibelakang, atau bisa juga langsung memberikan tanggapan kepada pihak terkait.

Dengan latar belakang pekerjaan Mba Prita sebagai Call Center sepertinya dia tahu apa yang harus dia kerjakan. Dan menurut saya, itu "Tidak Salah" karena dia sebagai konsumen punya hak & kewajiban melakukan kontrol sosial terhadap kualitas pelayanan dari produk yang dia gunakan.

Bukankah kita semua pada dasarnya sama, walaupun dengan kasus yang berbeda !?

Makan makanan yang enggak enak tapi harganya mahal ? atau Udah bayar listrik tapi masih suka mati lampu ? atau 'pas naik taksi malah diajak muter - muter ?

So far dengan segala pemberitaan, akhirnya kerugian di kedua pihak menjadi lebih besar. Simpati mengalir deras untuk Mba Prita dari masyarakat yang mengikuti berita ini.

Kalau saya boleh saran sihhhh.. sebaiknya pihak Rumah Sakit segera mencabut aduan pencemaran nama baik dan berdamai dengan Mba Prita, kemudian memberikan ganti rugi yang layak atas pelayanan yang tidak memuaskan. Kemudian Mba Prita mengadakan Press Release tentang apa yang sudah terjadi dan menjelaskan apa yang sudah dilakukan oleh pihak Rumah Sakit kepada dirinya.

Siapa tahu itu bisa meminimalisir kerusakan yang telah terjadi atas kasus ini.

PS. Jangan lupa juga sebenernya yang bertanggung jawab terhadap Surat Pembaca itu media penerbitnya bukan figur pribadinya.. lhooo.. dan biasanya perusahaan bisa mendapatkan hak jawabnya di media yang bersangkutan untuk menjelaskan permasalahan ini :)