Kamis, 15 September 2011

Dance in the rain...


Life isn't about waiting for the storm to pass ...

... It's about learning to dance in the rain.


Rabu, 07 September 2011

Sepak Bola Indonesia Menuju Piala Dunia 2014

2 pertandingan sudah dilalui oleh Indonesia di babak Kualifikasi Piala Dunia 2014 Brazil.

Indonesia yang satu grup dengan Iran, Bahrain dan Qatar belum memetik satu point pun. Jangankan point, bahkan gol pun belum dicetak oleh pemain tim nasional Indonesia.

Pertandingan pertama, Indonesia harus melawat ke Teheran untuk bertemu dengan salah satu raksasa sepak bola Asia yaitu Iran. Dengan peringat 53 dunia dibandingkan Indonesia peringkat 131 dunia, target mencuri point di Teheran terdengar paling realistis, dibandingkan harus memenangi laga.

@ AFP

Apa daya ? Indonesia harus pulang dengan kekalahan 0-3 dari Iran. Sang kapten Iran - Javad Nekounam yang bermain di La Liga bersama klub Osasuna mencetak 2 gol yang berawal dari set piece alias bola mati.


Pelatih Indonesia Wim Rijsbergen mengatakan Iran berada 1 level diatas Indonesia, dan mampu menerapkan keunggulan tinggi badan sehingga mampu mencetak 2 gol dari bola - bola mati.

Secara gamblang, saya setuju dengan pendapat diatas.

Tapi dari jalannya pertandingan, sepertinya yang lebih terlihat adalah kurangnya pengalaman bertanding pemain - pemain Indonesia dengan lawan yang kelasnya diatas tim nasional. Kita memang kalah teknik & postur tubuh, namun apabila kita mendapat cukup pengalaman bertanding tingkat internasional saya pikir hasilnya akan berbeda. At least kita bisa mencuri gol, tidak kebobolan lebih dari 2 gol atau bahkan bisa berharap mencuri angka dari Iran.

Lalu bagaimana dengan pertandingan kedua ?

Pertandingan kedua melawan Bahrain diadakan di Gelora Bung Karno. Secara historical, Indonesia sudah 5 kali bertemu dengan Bahrain. Indonesia memenangi 2 laga, seri 2 laga, dan kalah 1 laga. Apalagi berdasarkan tempat bermain, sejak dikalahkan Uruguay 1-7, Indonesia belum pernah kalah.

Alih - alih memenangkan laga, Indonesia ternyata harus menyerah 0-2 dari Bahrain.


Tribunnews.com / Dany Permana

Tak perlu orang ahli yang menyampaikan analisanya, kenapa saya bilang seperti itu ?

- Bahrain memutuskan untuk tiba di Indonesia terlebih dulu. Mereka sampai di Jakarta pada hari Sabtu malam atau mempunyai persiapan 4 hari. Sementara Indonesia baru tiba di hari Minggu malam, dimana efektifitas persiapan 3 hari.

- Dari awal Bahrain sangat berhati - hati dengan Indonesia, hal ini bisa dilihat dari komentar pelatih mereka Peter John Taylor. Buat mereka pengalaman tahun 2007 ketika dipermalukan oleh Indonesia tidak boleh terulang kembali.

- Selain secara peringkat mereka lebih tinggi (Bahrain peringkat 101) , pengalaman sebagai wakil Asia peserta Play Off World Cup 2010 South Africa tentunya punya nilai tersendiri.

Dan akhirnya itulah kondisi yang terjadi di lapangan. Lagi - lagi ketidak siapan fisik & pengalaman akhirnya memang yang menentukan hasil akhir pertandingan antara Indonesia vs Bahrain.

Belum lagi kesiapan suporter Indonesia untuk menjadi tuan rumah masih jauh dari harapan. Baik dari level bawah sampai level atas.

Buat saya menyalakan mercon saat pertandingan berlangsung adalah SALAH!!

Namun seorang pemimpin yang meninggalkan rakyatnya saat membawa nama negara adalah Lebih SALAH !!