Nggak ada pekerjaan ?
Nggak punya uang ?
Nggak ketemu jodoh ?
Boss anda ?
Sekitar 2 minggu yang lalu, sebuah SMS dari papa, mengabarkan kalau om saya harus dirawat di salah satu rumah sakit di Jogja karena menderita sakit yang cukup berat. Saya terkejut karena beliau & keluarga cukup dekat dengan saya pribadi. Saking dekatnya, biasanya saya suka meledek istrinya (* yang notabene adiknya papa hehehe..) dengan sebutan tante paling cerewet diantara semuanya.
Pernah suatu hari di bulan Desember, seperti biasa kalau kami berdua bertemu selalu ledek - ledekan, sampai ketawa setengah mati. Tiba - tiba dia complaint ..
"Wahhh.. kalau boleh milih aku mending natalan di keluarga Mas Jacob (* suaminya)"
"Emang kenapa tante ?" tanya saya penuh minat.
"Soalnya disana nggak ada yang berani ledekin tante, Hahaha... khan Om Jacob anak pertama."
" Huahahahaha... " tawa saya berderai - derai keluar.
"Boro - boro diledekin, malah bisa nyuruh - nyuruh .. Hahahaha.. kalau disini aku disuruh - suruh terusss.. apalagi sama papamu... Hahahaha.."
Tidak pernah ada rasa sakit hati diantara kami.
Tadi pagi merupakan kali kedua saya menelpon tante Tuti (* begitulah namanya) untuk menanyakan keadaan Om Jacob. Tapi tidak seperti telepon saya pertama di minggu yang lalu, dimana suara beliau masih ceriwis, kali ini hanya terdengar lirih dan kadang terisak.
Saya terenyuh mendengar dari ujung telepon, niat iseng & usil yang sempat ada di pikiran langsung musnah. Sepertinya tak ada kalimat yang bisa menenangkan hatinya, selain janji saya untuk terus mendoakan kesehatan Om Jacob.
Saya bukanlah seorang penakut, namun sepertinya ketakutan terbesar saya sama dengan tante Tuti.
Kehilangan orang yang dicintai.
Pernah suatu hari di bulan Desember, seperti biasa kalau kami berdua bertemu selalu ledek - ledekan, sampai ketawa setengah mati. Tiba - tiba dia complaint ..
"Wahhh.. kalau boleh milih aku mending natalan di keluarga Mas Jacob (* suaminya)"
"Emang kenapa tante ?" tanya saya penuh minat.
"Soalnya disana nggak ada yang berani ledekin tante, Hahaha... khan Om Jacob anak pertama."
" Huahahahaha... " tawa saya berderai - derai keluar.
"Boro - boro diledekin, malah bisa nyuruh - nyuruh .. Hahahaha.. kalau disini aku disuruh - suruh terusss.. apalagi sama papamu... Hahahaha.."
Tidak pernah ada rasa sakit hati diantara kami.
Tadi pagi merupakan kali kedua saya menelpon tante Tuti (* begitulah namanya) untuk menanyakan keadaan Om Jacob. Tapi tidak seperti telepon saya pertama di minggu yang lalu, dimana suara beliau masih ceriwis, kali ini hanya terdengar lirih dan kadang terisak.
Saya terenyuh mendengar dari ujung telepon, niat iseng & usil yang sempat ada di pikiran langsung musnah. Sepertinya tak ada kalimat yang bisa menenangkan hatinya, selain janji saya untuk terus mendoakan kesehatan Om Jacob.
Saya bukanlah seorang penakut, namun sepertinya ketakutan terbesar saya sama dengan tante Tuti.
Kehilangan orang yang dicintai.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar